Kamis, 02 Januari 2014

PENGARUH EKSTRAK DAUN DAN RANTING AGLAIA ODOROTA TERHADAP PARASITASI DAN ENKAPSULASI ERIBORUS ARGENTEOPILOSUS PADA INANGNYA CROCIDOLOMIA BINOTALIS




PENGARUH EKSTRAK DAUN DAN RANTING AGLAIA ODOROTA TERHADAP PARASITASI DAN ENKAPSULASI  ERIBORUS ARGENTEOPILOSUS PADA INANGNYA CROCIDOLOMIA BINOTALIS





Oleh:

David Ferdinan Nababan                23010113140147














FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013



 






KATA PENGANTAR


Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat serta hidayahNYA, sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas makalah Teknologi Informatika Komputer dengan judul pengaruh ekstrak daun dan ranting aglaia odorota terhadap parasitasi dan enkapsulasi eriborus argenteopilosus pada inangnya crocidolomia binotalis dengan baik, meskipun masih ada kekurangannya.
Penulis ucapkan banyak terima kasih atas terselesaikannya tugas makalah ini kepada Bp.Dr.Limbang Kustiawan.SPt,MP yang telah membimbing penulis dalam mata kuliah Teknologi Informatika Komputer.Tanpa ilmu yang telah Bapak berikan penulis tidak dapat mengerjakan makalah ini. Tidak lupa pula ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik materi maupun immateri dalam penulisan makalah ini.
   Penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, apabila terdapat beberapa hal yang kurang berkenan Penulis mohon maaf. Penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.


Semarang,12 November 2013


Penulis







DAFTAR ISI

  KATA PENGANTAR……………………………………………………………….

  BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………….

  BAB III MATERI DAN METODE………………………………………………….

  BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………….

  BAB V KESIMPULAN……………………………………………………………..

  DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..

 












                                                     














BAB I
PENDAHULUAN
Pemakaian insektisida kimia dalam usaha mengendalikan hama tanaman dan vektor penyakit mempunyai harga ekonomi yang relatif lebih tinggi dan secara ekologis mempunyai dampak negatif yang memprihatinkan.Kenyataan ini menyebabkan perhatia para ilmuan dan praktisi pengendali hama dan vektor penyakit beralih mencari alternatif lain dari insektisida kimiawi yang mempunyai dampak minimum terhadap komponen ekosistem.Potensi tumbuhan sebagai insektisida botani sudah sejak lama diguakan untuk mengendalikan serangga hama.Senyawa kimia asal tumbuhan umumnya tidak menimbulkan gangguan yang fatal terhadap keseimbangan ekosistem dibandingkan dengan insektisida sintetik.Hal ini disebabkan karena insektisida botani lebih mudah terurai di alam dan relatif aman terhadap musuh alami hama dan organisme bukan sasaran(Priyono dan triwidodo,1993)
Tumbuhan famili Meliaceae akhir-akhir ini banyak mendapat perhatian dari para ahli biologi dan ahli fitokimia,karena senyawa kimia yang dikandungnya bersifat antifeedant,repelen,dan bersifat insektisidal(Chiu,1985).Salah satu anggota Meliaceae yang berpotensi sebagai insektisida botani adalah Aglaia odorata….Ishibasi et al(1983) dan Jansprasert et al(1993) melaporkan bahwa isolasidan identifikasi daun dan ranting A.odorata menghasilkan senyawa benzofurun yaitu rokaglamida yang mempunyai aktivitas insektisida dan IGR(insecticide growth regulator) terhadap Peridroma saucia dan Spodoptera litura
  Hama utama perusak daun kubis adalah Plutella xylostella L dan Crocidolomia binotalis Zell yang pada musum kemarau dapat menyebabkan kerusakan total.Di negara-negara maju,kehilangan hasil akibat gangguan hama dan penyakit tanaman kubis berkisar antara 25-50% dan di negara-negara berkembang diperkirakan dapat mencapai 80% (Robert,1978)
 Penggunaan  insektisida  untuk mengendalikan  C.  binotalis  mempunyai  dampak menendalikan C.binotalis mempunyai dampak negatif,yaitu timbulnya resistensi hama tanaman dan vektor penyakit,timbulnya resugensi hama,pencemaran lingkungan yang berbahaya bagi jiwa manusia dan biota lain,serta semakin besarnya biaya pengendalian karena dosis serta harga yang semakin meningkat.Disamping itu juga terbunuhnya parasitoid Diadegma semiclaususm yang merupakan musuh alami P.xylostella,karena C.binotalis dan P.xylostella terdapat dalam satu habitat daun kubis.oleh karena itu penggunaan insektisida botani sebagai solusi alternatif dalam mengatasi permasalahan hama yang sekaligus permasalahan lingkungan.
Pengaruh bahan insektisida botani terhadap parasitoid belum diteliti.insektisida yang berasal dari tumbuhan tidak dapat dijamin terhadap musuh alaminya.karena itu pengaruh ektrak daun dan ranting A.odorata perlu diuji secara khusus terhadap sistem interaksi inang-parasitosid tertentu.salah satu sistem interaksi inang yang menarik untuk diteliti,adalah interaksi antara C.binotalis dan parasitoid Eriborus argenteopilus.
            Tingkat parasitas E.argenteopilosus di lapangan hanya 2,23%,tetapi parasitasi oleh parasitoid ini tidak efektif akibat terjadinya enkapsulasi terhadap telur dan larva parasitoid tersebut. Tingkat enkapsulasi telur dalam skala laboratorium berkisar antara 2,0-7,0%(Hadi,1985)










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Enkapsulasi adalah pembungkusan variabel dan method dalam sebuah obyek yang terlindungi serta menyediakan interface untuk mengakses variabel tersebut. Selain itu Enkapsulasi  dapat di definisikan sebagai pembungkus, pembungkus disini dimaksudkan untuk menjaga suatu proses program agar tidak dapat diakses secara sembarangan atau di intervensi oleh program lain (Hadi,1985)
Enkapsulasi adalah suatu proses untuk menyembunyikan atau memproteksi suatu proses dari kemungkinan interferensi atau penyalahgunaan dari luar sistem sekaligus menyederhanakan penggunaan sistem itu sendiri, juga membuat satu jenis paket data jaringan menjadi jenis data lainnya. Enkapsulasi terjadi ketika sebuah protokol yang berada pada lapisan yang lebih rendah menerima data dari protokol yang berada pada layer yang lebih tinggi dan meletakkan data ke format data yang dipahami oleh protokol tersebut. Akses ke internal sistem diatur sedemikian rupa melalui seperangkat interface (Robert,1978).
Dengan enkapsulasi data menjadi memiliki identitas. Contoh sederhana proses enkapsulasi dalam proses pengiriman surat, jika sebuah surat akan dikirim namun tanpa adanya  amplop, alamat dan perangko. Surat tersebut hendaknya memiliki identitas agar dapat sampai ke tujuan, jika tidak memiliki identitas maka surat tersebut tidak akan dapat sampai ke tujuan. Amplop dengan alamat dan perangko sama dengan enkapsulasi pada data.




BAB III
MATERI DAN METODE
Penelitian dilaksankan pada bulan April-Agustus 2009 di Laboratorium Ekologi dan Biosistematika, Fakultas Matematika dan  Ilmu Pengetahuan Alam, universitas Diponegoro, Semarang.

3.1.              Materi
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pipet tetes untuk mengambil larutan-larutan ke dalam tabung reaksi, tabung reaksi digunakan sebagai tempat untuk reaksi larutan, rak tabung sebagai tempat meletakkan tabung reaksi, pinset digunakan untuk menjepit daun/kayu saat pemanasan.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain adalah larutan Metanol, Kloroform, Air, Nacl sebagai Reagan penguji. Daun dan batang tumbuhan berfungsi sebagai tanaman penguji pada tanaman yang ingin diuji.






3.2.            Metode
3.2.1.      Pengujian  Toksisitas  Ekstrak  Daun  dan Ranting A. odorata  terhadap  Larva C. binotalis Instar Satu

Daun  yang  telah  diberi  perlakuan  ekstrak dan  kontrol  (daun  hanya  dicelupkan  ke  dalam larutan  metanol  tanpa  perlakuan  ekstrak) dimasukkan  kedalam    tujuh  botol  gelas  (tinggi  20 cm  dan  diameter  10  cm)  sesuai  konsentrasi  yang dikehendaki, dan pada setiap botol dimasukkan 10 ekor larva C. binotalis instar satu yang sebelumnya telah dilaporkan selama 24 jam. Perlakuan ekstrak terhadap  larva  hanya  dilakukan  sekali  saja  yaitu pada hari pertama, sedangkan pada hari kedua dan selanjutnya  hinggá  saat  larva  menjelang kepompong, serangga uji hanya diberi pakan daun kubis segar tanpa perlakuan ekstrak. Jumlah  larva  yang  mati  dicatat  setiap  hari dan  seterusnya  sampai  tidak  ada  larva  yang  mati. Jumlah  larva  yang  mati  dihitung  pada  setiap konsentrasi,  kemudian  dianalisis  dengan  Probit Analisis  (Finney,  1971)  untuk  mengetahui  LC50 dan  LC90
          .  Parameter  yang  diamati  adalah  jumlah
             kematian serangga uji 

3.2.2.      Pembiakan    Masal  Parasitoid  E. argentopilosus Parasitoid 
            Diperoleh  dengan  cara mengayunkan  jaring  serangga  pada  area perkebunan  kubis,  kemudian  dipelihara  ditempat pembiakan  parasitoid  yang  di  dalamnya  diberi kapas yang dicelupkan pada cairan gula 10%, juga diberikan  umpan  larva  sebanyak  10  ekor  larva instar  pertama  dan  kedua. Parasitoid  yang  muncul dibiakkan  lebih  lanjut  sampai  jumlah  parasitoid mencukupi untuk pengujian toksisitas ekstrak

3.2.3    Cara Ekstraksi Daun dan Ranting A. odorata dan Cara Membuat Larutan Uji
Daun  dan  ranting  A.  odorta  yang  diperoleh dibersihkan  dan  dikering  anginkan  serta  digerus dengan  menggunakan  mortil  ke  dalam  mangkok porselin  sampai  halus  sebanyak  100  g.  Hasil gerusan  ditampung  kedalam  satu  mangkok porselin,  dan  dimasukkan  ke  dalam  erlenmeyer dan  ditambahkan  400  ml  metanol.  Campuran tersebut  diaduk  dengan  menggunakan  corong Buchner yang dialasi kertas saring Whatman no 1. Cairan  ekstrak hasil  saringan  diuapkan  pelarutnya dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 450-500 dan  tekanan  15  mm  Hg  sampai  volume minimum  (F:1).  Kemudian  filtrat  dimasukkan  ke dalam  corong  funnel  dengan  campuran  metanol-kloroform-air (1:3:4) dan 0,7% NaCl, dibiarkan 24 jam  sampai  terjadi  pemisahan  menjadi  lapisan  air dan metanol kloroform (F:2). Selanjutnya metanol kloroform diuapkan kembali dengan menggunakan rotary  evaporator.  Labu  penguap  ditimbang  lebih dahulu  sebelum  ekstrak  dimasukkan,  kemudian labu  dan  ekstrak  dimasukkan  ke  dalam  labu penguap.  Setelah  penguapan  selesai,  labu  dan esktrak  ditimbang  kembali  sehingga  berat  ekstrak dapat diketahui. Ekstrak disimpan dalam lemari (t0< 40 C) sampai menunggu saat digunakan untuk uji hayati. Cara  membuat  larutan  uji  dengan  metode residu  pada  daun.  Serial  konsentrasi  yang digunakan  adalah  50,  75,  100,  125,  150,  dan  175 mg/L.  Ekstrak  daun  dan  ranting  A. odorta dilarutkan  dalam  400  mL  metanol  untuk  dibuat larutan  induk  dengan  konsentrasi  1000mg/L. Kemudian  dari  larutan  induk  diambil  0,5mL  yang dilarutkan  dengan  metanol  sampai  10  mL  untuk membuat  larutan  uji  50  mg/L,  demikian  untuk konsentrasi  yang  lain.  Larutan  induk  disimpan dalam lemari es (<40C) selama tidak digunakan.


3.2.4.      Pengujian  Ekstrak  Daun  dan  Ranting  A.odorta terhadap Parasitasi dan Enkapsulasi

Daun kubis yang mengandung residu ekstrak diujikan terhadap larva instar satu C. binotalis, dan diinfestasikan  dengan  imago  E.  argenteopilosus yang  sudah  kawin.  Konsentrasi  yang  diujikan adalah konsentrasi yang setingkat dengan LC5 dan LC25.  Daun  perlakuan  dan  kontrol  ditempatkan dalam botol gelas. Setiap perlakuan diulang 3 kali. Pengamatan  dilakukan  pada  hari  ke  dua setelah  perlakuan  dan  larva  diberi  pakan  daun kubis segar tanpa perlakuan ekstrak, demikan juga pada  hari-hari  berikutnya.  Sedangkan  pada parasitoid  diberi  pakan  larutan  gula  10%  pada bola-bola  kapas.  Ada  tidaknya  telur  parasitoid  di dalam  tubuh  larva  C.  binotalis  dapat  diamati dengan  keluarnya  parasitoid,  dan  proses enkapsulasi  pada  telur  ataupun  larva  dilakukan pembedahan  larva  di  bawah  mikroskop  binokuler. Pembedahan dilakukan terhadap larva instar empat setelah dipastikan tidak ada parasitoid yang keluar dari larva tersebut. Parameter  yang  diamati  adalah menghitung jumlah  telur  perasitoid  yang  diletakkan  dan  yang terenkapsulasi. Parameter parasitasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
                      Σ lp
       P(%)=  ------- x 100%
                      Σ ln
Keterangan : 
P  =  parasitasi
lp  =  jumlah larva C. binotalis yang terparasit
ln  =  jumlah total larva C. binotalis yang diujikan


Sedangkan  persentase  telur  dan  larva  yang terenkapsulasi  dapat  dihitung  dengan
menggunakan rumus:

                   Σ te
       E(%)= -------    
                   Σ tn
Keterangan : 
E   =  enkapsulasi
lp   = jumlah telur E. argenteopilosus yang
         terenkapsulasi
ln   =  jumlah total E. argenteopilosus yang
         diletakan

Penelitian  ini  dilakukan  dengan  metode Rancangan  Acak  Lengkap  (RAL).  Data
Dianalisis dengan sidik ragam dan perbandingan nilai tengah antar  perlakuan  diuji  dengan  DMRT  (Stell  and Torrie, 1980)
   
















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

   

4.1.      Pengujian  Toksisitas  Ekstrak  Daun  dan Ranting A. odorata  terhadap  Larva  C. binotalis Instar Satu


Konsentrasi  yang  digunakan  selama pengujian  toksisitas  ekstrak  daun  dan  ranting  A. odorata  terhadap  tingkat  mortalitas  larva  C. binotalis,  adalah  konsentrasi  yang  didasarkan  dari hasil uji pendahuluan. Konsentrasi yang digunakan selama pengujian toksisitas ekstrak ini diawali dari 250,  500,  750,  1000,  1250,  dan  1500  mg/L  Hasil
pengujian ditunjukkan pada tabel I
Tabel  1:  Tingkat  kematian  larva  C.  binotalis  instar satu.pada  berbagai  konsentrasi  ekstrak  daun dan  ranting  A.  odorata  pada  hari  ke  10 setelah perlakuan


 
Perlakuan (mg/L)        Tingkat kematian larva C.binotalis pada berbagai
konsentrasi
                                   
                                    Jumlah Ulangan          Total                Rerata
                                                                    
                                          I         II         III
                                                                                
                    250               40       60          20       120                40
                    500                     90        40           30       160                50,33
                    750               40       60          20       120                40
                   1000              40              80          50       170                50,66
                   1250              70              80          70       220                 70,33
         1500              90            80          80       250                 80,33
      Kontrol              0            0             0           0                  0
           

Hasil  menunjukkan  adanya  kecenderungan, bahwa  pada  konsentrasi  ekstrak  yang  semakin tinggi  menyebabkan  tingkat  kematian  yang semakin  meningkat.  Semakin  tinggi  konsentrasi ekstrak,  maka  semakin  tinggi  pula  daya toksisitasnya terhadap larva instar satu C. Binotalis. Hasil  analisis  probit  taksisitas  ekstrak  daun  dan ranting  A.  odorata  terhadap  larva  C.  binotalis instar  satu  menunjukkan  bahwa  nilai  LC50  ekstrak tersebut  sebesar  657,2470  mg/L,  sedangkan  LC90 sebesar 3353,6799 mg/L 

4.2.      Pengaruh  Ekstrak  Daun  dan  Ranting  A. odorata  terhadap  Mortalitas  Parasitoid  E.argenteopilosus imago betina

Konsentrasi  ekstrak  yang  digunakan  dalam pengujian  ini  adalah  3353,6799  mg/L(LC90). Pengaruh  ekstrak  terhadap  tingkat  mortalitas parasitoid  E.  argenteopilosus  imago  betina.
Tabel  2:  Tingkat  kematian  E.  argenteopilosus  imago betina  setelah  perlakuan                                 ekstrak  daun  dan ranting  A.  odorata  dengan  aplikasi  topikal kontak



 
 Perlakuan ekstra           Tingkat kematian larva parasitoid E.argenteopilosus
 Daun dan ranting        Pada hari ketiga setelah perlakuaan               (%)
      A,odorata              pengamatan pada hari ke:                               rerata              
                                                                                                     Kematian(%)
                                     1                     2                      3         
                                                                                
           657,24 mg/L                0                  20                  0                   6,67
               (LC 5O)            
                                               
            335,6799 mg/L        0                   0                  20                  6,67
                (LC 90)

            Kontrol                   0                   0                  20                  6,67
           
Keterangan:     0: Tidak ada parasitoid yang mati; N= 5
Hasil menunjukkan bahwa perlakuan dengan konsentrasi  657,2470  mg/L  (LC50),  kematian terjadi pada hari ke-2, rerata kematian sebesar 6,67 %. Presentase kematian tidak meningkat meskipun konsentrasi  ditinggikan  sampai  3353,6799  m/L (LC90),  dan  hasil  tidak  berbeda  nyata  dengan kontrol.  Hal  ini  menunjukkan  ,  bahwa  pengaruh ekstrak  daun  dan  ranting  A.  odorata  relatif  tidak beracun  terhadap  parasitoid  E.  argenteopilosus imago  betina.  Pada  umumnya  senyawa    metabolit sekunder  pada  tanaman  akan    bersifat  toksis apabila  diaplikasikan  secara  oral  dibandingkan aplikasinya  melalui  topikal  kontak  epidermis (Matsumura, 1985)

4.3.      Pengaruh  Ekstrak  Daun  dan  Ranting  A. odorata  terhadap  Tingkat  Parasitasi  dan Enkapsulasi E. argenteopilosus

Parasitoid  yang  digunakan  sebagai  serangga uji  adalah  E.  argenteopilosus  dewasa  betina  yang telah  berkopulasi.  Sedangkan  konsentrasi  ekstrak daun  dan  ranting  A.  odorata  yang  diujikan terhadap  tingkat  parasitasi  dan  enkapsulasi  E. argenteopilosus adalah LC5  dan LC25 hasil analisis probit uji toksisitas ekstrak terhadap mortalitas  C. binotalis  instar  satu.  Perlakuan  parasitasi  terhadap larva  instar  satu  C.  binotalis,  setelah  larva  diberi pakan  dengan  konsentrasi  ekstrak  81,1485  mg/L yang  setara  dengan  LC5 dan  konsentrasi  ekstrak 278,7482 mg/L yangsetara dengan LC25 .





Tabel  3:  Tingkat  parasitasi  E.  argenteopilosus  dewasa betina  dan  enkapsulasi    larva  C.  binotalis terhadap telur dan larva  E. argenteopilosus
Konsentrsi eksatrak                             Proses yang berlangsung (%)
                    (mg/L)                 Parasitasi         Enkaps            ulasi                 Enkapsulasi
                                                                        Telur                               larva
            81,145 (LC 5)             4,44 a              60 ab               25 a                 50a
            27,742 (LC 25)           5,55 a              40 a                 20 a                 20 a
            Kontrol                        5,55 a              80 b                 40 a                 40 b
           
Hasil menunjukkan, bahwa tingkat parasitasi  E. argenteopilosus terhadap inangnya, C. binotalis pada  perlakuan  konsentrasi  ekstrak  81,1485 mg/L(LC5)  ataupun  278,7482  mg/L  (LC25)  tidak berbeda  nyata  dengan  kontrol.  Sedangkan perlakuan  ekstrak  pada konsentrasi  278,7482 (LC25)  mampu  menekan  tingkat  enkapsulasi. Rendahnya  tingkat  enkapsulasi  baik  pada  stadium telur  ataupun  larva  pada  perlakuan  278,7482 (LC25) disebabkan karena ekstrak mempunyai sifat racun  yang  menghambat  perkembangan  melalui ketidak  keseimbangan hormon,  terutama  yang berkaitan  dengan  proses  deferensiasi  dan perkembangan  sel-sel  darah.  Chapman    (1982) mengatakan,  bahwa  sel-sel  darah  berperan  dalam proses enkapsulasi dan fagositosis terhadap benda-benda  asing  yang  masuk  ke  dalam  tubuh. Disamping  itu,  rendahnya  tingkat  enkapsulasi disebabkan  karena  larva  parasitoid  yang  ada  di dalam  tubuh  inangnya  aktif bergerak  untuk melawan  enkapsulasi.Cara  tersebut  merupakan salah  satu  strategi  perlawanan  untuk  menghindari proses enkapsulasi.






BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1.      Simpulan
Tingkat  parasitasi  E.  argenteopilosus terhadap  inangnya,  C.  binotalis  dengan  perlakuan ekstrak  daun  dan  ranting  A.  odorata  pada konsentrasi  81,1485  mg/L(LC5)  ataupun  278,7482 mg/L  (LC25)  tidak  berbeda  nyata  dengan  kontrol. Sedangkan  perlakuan  ekstrak  pada  konsentrasi 278,7482  (LC25)  mampu  menekan  tingkat enkapsulasi.

5.2.      Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah agar praktikan lebih teliti saat melakukan percobaan dan dalam melakukan percobaan harus sesuai dengan prosedur yang seharusnya agar hasilpercobaan yang dilakukan memperoleh hasil yang akurat.
















DAFTAR PUSTAKA



*)Chiu,  S.F.,  1985.  Recent  researh  finding  on Meliaceae  and  other  promising  botanical
insecticides in China 92: 310-319 Chapmann, R,F., 1982. The  Insects. Strukture and Function.  3rd ed.  Harvard  University  Press. Cambridge Massachuchusetts 
*)Finney,  D.J..  1971  Probit  Analysis,  3  rd  ed. Cambridge  Univ.  Press,Cambridge,England
*)Hadi, S., 1985 Biologi dan Perilaku Inareolata sp. (Hymenoptera:  Ichneumonidae).  Parasitoid larva  padsa  hama  kubis  Crocidolomia binotalis  Zell  (Lepidoptera:Pyrallida)  Tesis S2  Fakultas  Pascasarjana  Institut  Pertania Bogor. 50 hal.
*)Ishibashi, F., C. Satasook, M.B. Ishman, and G.H. Neil  Towers,  1983.  Insecticidal  1  H-
Cyclopenta  tetra  hidro  (b)  benzofuran  from Aglaia odorata, Phytochemistry, 32, pp. 307
*)Janprasert, J., C. Satasook, P. Sukamalanand, D.E. Champagne, M.B. Ishman, P. Wiriacitra and G.H.N.  Towers,  1993..  Insecticidal  1  H- Cyclopenta  tetra  hidro  (b)  benzofuran  from Aglaia  odorata,  Phytochemistry,  32:  pp.. 307
*)Matsumura,.  1985  Toxicology  of  Insecticide,  3rd ed Plenum Press, New York.  p. 218-312
*)Othman,  N.,  1982.  Biology  of  Crocidolomia binotalis  Zell  (Lepidoptera:  Pyrallidae)  and its  parasites  from Cipanas area  (West  Java), Biotrop, Bogor, Indonesia, 52 p.
*)Prijono,  D.,  H.  Triwidodo,  1993.  Pemanfaatan Insektisida Nabati di Tingkat Petani.Hal 76-85. Prosiding Seminar hasil Penelitian dalam rangka  Pemanfaatan  Insektisida  Nabati. Bogor, 1-2 Desember 1993
*)Steel.,  R.G.D.,  and  J.H.  Torrie,  1980.  Principle and  Prosedures  of  Statistics:  Biometrical and  Approach,  2nd ed.  McGraw-Hill, NewYork







Tidak ada komentar:

Posting Komentar